Buku Sejarah Baru Bukan untuk Betulkan Sejarah

Add caption
Rencana penerbitan delapan jilid buku Sejarah Nasional yang akan memaparkan perjalanan peradaban dari masa prasejarah hingga reformasi bukanlah suatu upaya untuk membenarkan kekeliruan yang ada pada enam jilid buku Sejarah Nasional yang terbit pada masa Orde Baru.
Pernyataan tersebut diungkapkan editor utama buku tersebut sejarawan Taufik Abdullah di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jakarta, Selasa (3/1).
"Buku itu ’totaly new’, sesuatu yang berbeda tidak usah dibandingkan. Jika buku yang dulu bertolak dari sistematika rapi maka yang sekarang lebih menyerupai ensiklopedia," kata Taufik yang baru saja merayakan ulang tahun ke-70.
Lebih lanjut Taufik mengatakan agar buku yang dahulu tetap ada dan menjadi salah satu buku yang perlu dilihat. "Secara umum, buku ini akan mencoba menceritakan semua hal secara keseluruhan misalnya jika buku yang dulu seolah-olah lebih banyak berkisah tentang Jawa maka diharapkan yang ini akan lebih lengkap tidak hanya Jawa," katanya.
Dia menguraikan contoh, buku itu antara lain akan bercerita tentang terbentuknya Pulau Sulawesi dan mengupas alasan tentang Sulawesi yang memiliki flora dan fauna berbeda dengan daerah lain di Indonesia.
Taufik yang menolak berbicara lebih lanjut tentang sisi politis buku tersebut terutama terkait dengan peristiwa-peristiwa yang diyakini cukup sensitif dalam perjalanan sejarah Indonesia mengatakan, ada sekitar 80 orang penulis yang terdiri atas para pakar, peneliti dan bahkan saksi sejarah dari seluruh penjuru Indonesia.
Pada kesempatan itu, Taufik mengatakan tidak tertutup kemungkinan jika pihak yang memiliki kekuasaan selalu ingin  menguasai sejarah. "Naskahnya diharapkan siap pertengahan tahun ini, karena terlalu ambisius ingin memasukkan semua hal, jadi lambat," katanya.
Menurut dia, naskah tersebut sudah pernah siap tetapi kemudian ada ide untuk memasukkan topik  HAM. Lalu, kini ada ide untuk menambahkan sejarah perkembangan olahraga Indonesia juga.
Penulisan sejarah baru tersebut diperlukan saat muncul desakan atau ketidakpuasan atas penulisan sejarah, interprestasi baru atas suatu peristiwa atau ditemukannya sumber dan fakta baru.
Kedelapan jilid Sejarah Nasional yang disiapkan itu masing-masing Jilid I Prasejarah Indonesia (editor Truman Simanjuntak dan Harry Widijanto), Jilid II Zaman Hindu Buddha (Prof Dr Edi Sedyawati dan Drs Hasan Ja’afar), Jilid III Masa Islam (Azyumardi Azra dan Hassan Muarif Ambary), Jilid IV Persaingan Politik, Kolonialisme, dan Perubahan Sosial (Djoko Suryo dan Nina Herliana Lubis), Jilid V Gerakan Kebangsaan (M Hisjam dan I Ketut Ardhana), Jilid VI Perang dan Revolusi (Mestika Zed dan Mukhlis Paeni), Jilid VII Periode 1950-1965 (R Z Leirissa dan Anhar Gonggong), dan Jilid VIII Periode 1966-1998 (Susanto Zuhdi dan Fachry Ali).
Tim penulis sejarah ini didukung oleh Dewan Penasihat Prof Dr Sartono Kartodirdjo, Prof Dr Ibrahim Alfian, dan Dr IGN Anom, dengan Ketua Editor Umum Prof Dr Taufik Abdullah, dan Editor Umum Prof Dr AB Lapian.
Facebook CommentsShowHide

0 comments